
Oleh: Hj. Pipit Savitri Rahayu Sari, S.Pd, M.Pd
Identitas Buku
Judul Buku : Canting Cinta Alya
Penulis : Riyanto El Harist
Penerbit : LovRinz Publishing
Tahun Terbit : 2020
ISBN : 978-602-489-836-6
Jumlah Halaman : 355
Isi Buku
Novel Canting Cinta Alya menceritakan mengenai kehidupan seorang gadis, Alya Zahra yang mencari orangtuanya yang belum dia kenal, belum pernah lihat sama sekali dan kisah cinta dengan perbedaan status sosial yang masih kental dijunjung di daerah tempat tinggalnya dan canting yang merupakan amanah dari orang tua angkatnya yang mengakui Alya sebagai cucunya.
Gadis lugu bernama Alya selalu berharap orangtua datang menjemput dia, sehingga Alya selalu duduk termangu setiap malam di peron satsiun Lempuyangan Yogyakarta selama sepuluh tahun terakhir. Harapan Alya, orangtua datang menjemput dari Jakarta menggunakan kereta api. Seperti yang diceritakan Mbah Sungkono dan istrinya Mbah Parniem. Alya yang sabar, mandiri dan gigih serta menjadi tulang punggung keluarga dengan merawat dan menanggung semua keperluan hidup bersama Mbah Parniem setelah Mbah Sungkono meninggal dunia. Alya yang bekerja di rumah batik Syailendra di bagian produksi dan ditempatkan di bagian nglowong. Nglowong merupakan proses dari kegiatan membatik. Nglowong atau mbatik merupakan proses membuat garis awal dari motif yang telah disket dengan pensil. Alya sangat cekatan dalam membuat motif batik. Dengan canting pemberian dari mbah Parniem menjadikan Alya semakin percaya diri. Canting yang diberikan oleh oleh mba Parniem oleh Alya sangat dijaga sekali dan Alya merasa bahwa barang tersebut adalah amanah yang harus dijaga dan jangan sampai hilang. Hasil mbatik Alya sangat disukai oleh para pembeli batik.
Alya sangat disayang oleh pemilik rumah / sanggar batik tersebut. Majikan Alya bernama Rr. Gendis Nilakresna yang dipersunting oleh RM Ronggo Wardoyo. RM Ronggo Wardoyo meninggalkan istrinya dua puluh tahun yang lalu. Mereka memiliki anak tunggal, laki-laki bernama Damar. Damar yang kuliah ekonomi di Jakarta dan tidak mau melanjutkan karena tidak sesuai dengan keinginannya. Damar lebih focus menjadi fotografer dari pada seorang ahli ekonom.
Damar sangat mencintai Alya. Walopun Damar menyadari perbedaan status social di antara Damar dan Alya sangat jauh. Damar yang keturunan ningrat dan Alya hanya gadis lugu tanpa jelas latar belakang orangtuanya. Ibu Nilakresna yang disapa bu Nila sangat menentang keras hubungan Alya dan Damar. Ibu Nila ingin Damar menikah dengan pilihan ibunya, dari kalangan ningrat juga.
Perselisihan dan kegundahan hati layaknya pasangan yang dimabuk cinta mewarnai cerita di novel ini. Damar yang gigih dalam menaklukan hati Alya. Dan Alya yang hampir setiap hari menerima puisi cinta dari Damar, membuat Alya semakin terbuai dengan kata-kata Damar.
Canting pemberian mba Parniem hilang. Ternyata dibuang oleh asisten Bu Nila yang bernama Rina. Rina tidak menyukai Alya. Karena Alya memiliki kemampuan yang sangat baik dalam mbatik. Alya merasa sedih dan berusaha mbatik dengan canting lain. Ternyata Canting tersebut merupakan amanah sebagai pewaris kekayaan dari rumah batik syailendra.
Kelebihan Buku
Buku Canting Cinta Alya menggunakan bahasa yang mudah dipahami, dan berisi puisi-puisi percintaan. Dan berisi mengenai kehidupan masyarakat Yogyakarta yang masih kental dengan budayanya. Novel ini ringan untuk dibaca dan diselipi kalimat – kalimat yang memotivasi pembaca dalam menghadapi masalah dalam kehidupan.
Kekurangan Buku
Novel ini membuat penasaran pembaca karena akhir dari cerita masih belum selesai. Pembaca dibuat penasaran dan membuat menanti kehadiran novel selanjutnya.
Hikmah/ Amanat
Dalam kehidupan social tidak harus memperhatikan perbedaan status social. Di mata Tuhan, semua manusia adalah sama. Yang membedakan adalah ketaqwaan. Ketaqwaan ini sendiri adalah buah dari iman. Takwa diartikan sebagai sikap mental yang senantiasa berusaha melaksanakan semua perintah Allah SWT dan menjauhi semua larangan-Nya.